Logo

Waw! Musisi Band Ini Sukses Kembangkan Metode Tanaman Hidroponik

Waw! Musisi Band Ini Sukses Kembangkan Metode Tanaman Hidroponik

BENGKULU – Pada akhir tahun 2019 dunia sedang menghadapi masalah besar. Berawal dari munculnya suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh virus corona atau yang akrab disebut Covid 19, hampir semua aspek kehidupan mengalami perubahan-perubahan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, mendebarkan seluruh isi dunia.

Pandemi COVID-19 itu terbukti telah memberikan tekanan pada kondisi ekonomi dan sosial di Indonesia sejak akhir tahun 2019. Dampak ekonomi ini berdampak luas di seluruh wilayah Indonesia. Sebab pemerintah terpaksa mengambil tindakan yang membuat para pelaku usaha bangkrut. Hal tersebut dilakukan agar Covid 19 berakhir.

Salah satu warga yang ikut merasakan dampak itu ialah Rachmad Yudiartono, salah seorang musisi yang kesehariannya mengumpulkan uang dari hasil ngeband atau mengisi di sejumlah acara musik. Akibat pandemi Covid 19, pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM untuk memutus mata rantai penyebarannya.

Kebijakan itulah yang membuat Rachmad atau yang lebih terkenal dengan nama Cocil bersama personil band lainnya tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, hal itu tidak membuat dia berdiam diri saja. Ia mencoba memberanikan diri untuk terjun ke usaha pertanian.

Alhasil, genap dua tahun usaha pertanian miliknya itu telah menghasilkan banyak cuan alias uang. Cocil merintis usaha pertanian dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya yang beralamat di jalan Talang Kering, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu untuk menanam sayuran menggunakan metode hidroponik.

“Awalnya waktu dunia sedang diterpa Covid 19, itukan semua sektor termasuk entertainment banyak yang minus jobnya. Aku kan profesinya ke arah situ, dunia yang harus ada keramian, jadi karena jobnya gak ada, saya punya inisiatif untuk usaha pertanian,” ungkap Cocil, Senin (19/08/24).

Diakui Cocil, ia lebih memilih menanam menggunakan metode hidroponik itu lantaran cocok dengan segala kondisi. Selain itu, sayuran yang dihasilkan pun juga lebih baik dan segar karena tidak menggunakan pupuk kimia sedikit pun.

Di perkebunan miliknya itu, terdapat dua macam sayuran, yaitu selada dan pakcoy. Sayuran itu dijual Cocil dengan harga mulai dari Rp. 10 ribu hingga Rp. 30 rupiah perkilogramnya. Tidak hanya dijual secara langsung, Cocil juga memanffatkan kecanggihan media sosial untuk memasarkan sayuran tersebut.

“Mengapa lebih memilih hidroponik, karena aku pribadi kalau tidak ketemu hidroponik tidak bisa juga menanam. Soalnya dulu pernah mencoba nanam di tanah itu terlalu rumit. Kalau untuk pemasaran kita memakai medsos seperti instagram dan ada tim juga yang ikut memasarkan. Yang datang kesini juga kita layani,” katanya.

Sementara itu, dijelaskan Cocil proses penanaman sayuran hingga memanen menggunakan metode hidroponik hanya memerlukan waktu seminggu. Namun ada juga sedikit kendala yang membuat proses menjadi sedikit lama, yaitu karena musim kemarau saat ini. Sebab, tanaman itu membutuhkan banyak air.

“Kalau kesulitan yang dihadapi banyak. Yang paling dominan di musim. Kalau sekarang musim kemarau, kita kesulitan karena kebutuhan air,” demikian Cocil.

Kedepan, Cocil ingin mengembangkan usaha miliknya itu dan menjadi pengepul hasil sayuran hidroponik, sehingga harap dia semakin banyak petani yang menggunakan metode seperti ini.