Logo

Angka Stunting di Bengkulu Masih Tinggi

BENGKULU – KiCK OFF Gerakan Nasional Intervensi Serentak Pencegahan Stunting Provinsi Bengkulu Tahun 2024 resmi dibuka. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi  kronis dan infeksi berulang. Dampaknya ditandai dengan panjang atau tinggi badan berada di bawah standar.

Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Bengkulu, Raden Ahmad Denny. Ia berharap melalui kegiatan ini, program pencegahan stunting bisa sampai ke pelosok desa.

“Kami mengharapkan semoga kegiatan ini sampai ke desa. Karena desa lah yang benar-benar tahu penduduknya. Maka desa harus dilibatkan. Oleh sebab itu kita mengharapkan dana desa itu dimungkinkan  bisa digunakan untuk stunting,” kata Raden, Senin (03/06/2024).

Asisten II menambahkan, hingga saat ini berdasarkan pantauannya ada beberapa desa yang sudah membuat dapur sehat untuk pencegahan stunting tersebut.

“Jadi ada beberapa desa yang sudah membuat dapur sehat. Masyarakat yang tidak mampu itu boleh makan di dapur sehat. Anggarannya disiapkan oleh desa,” tambahnya.

Sementara itu, Asisten II Setda Provinsi Bengkulu menyebut, saat ini angka stunting di Provinsi Bengkulu masih tinggi, sekitar 20,4 persen. Kendati demikian, nilai tersebut masih di bawah angka nasional.

“Kita ini agak sedkit tinggi. Tapi kita masih di bawah nasional,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Redhwan Arif, untuk mencegah stunting itu, pihaknya akan memperkuat peran posyandu, seperti akan membuat pprogram Wajah Baru Posyandu (WARUKO) pelayanan siklus hidup yang artinya pelayanan seluruh mulai dari ibu hamil, ibu melahirkan, bayi, anak, remaja, lansia, dan termasuk pelayanan primernya.

‘’Total posyandu saat ini juga berjumlah 2080 dari 10513 desa dan kelurhan, maka dari itu , nanti pelayanan ini akan  samapai ke perdusunan, maka tidak ada lagi perkotak-kotakan posyandu, akan menjadi satu-kesatuan melayani semua usia,” Lanjut Redhwan.

Redhwan menambahkan untuk mencegah stunting dari sisi pernikahan dini, pihak KemenKes, BKKBN, Kemenag akan bekerja sama untuk screening calon pengantin. Mereka harus tetap didampingi, diperiksa kesehatannya, usianya jangan sampai di bawah 18 tahun, maka dari ini akan ada pendamping untuk calon pengantin.

“Besar harapannya dana desa bisa digunakan untuk stunting tersebut, ada beberapa desa yg telah melakukan program dapur sehat, agar masyakrat yang tidak mampu bisa makan, yang telah dianggarkan dananya oleh desa,” tutupnya.