Logo

Banyak Perusahaan Pecat Karyawan Gen Z, Ini Alasannya

Gen Z Ilustrasi

Gen Z Ilustrasi

Forbes merilis artikel yang mengungkapkan sekitar 60 persen perusahaan telah memecat karyawan Gen Z yang baru dipekerjakan selama tahun 2024. Sejumlah alasan disebut mendukung tindakan ini. Gen Z dinilai kurang memiliki motivasi, profesionalisme, serta keterampilan komunikasi. Namun, sejumlah pakar menyebutkan bahwa penyebabnya jauh lebih kompleks daripada sekadar stereotip “malas” yang sering dikaitkan dengan Gen Z.

Kurangnya Motivasi

Menurut sebuah studi, 50 persen pemberi kerja menyebutkan bahwa karyawan Gen Z kurang menunjukkan inisiatif dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Namun, sejumlah analis melihat hal ini lebih sebagai bentuk skeptisisme generasi muda terhadap stabilitas karier yang selama ini ditawarkan oleh sistem kerja tradisional. Kurangnya motivasi yang dirasakan ini mungkin merupakan bentuk pelestarian diri, keengganan untuk mencurahkan diri ke dalam sistem yang tidak menawarkan banyak stabilitas sebagai imbalannya.

Kesulitan Beradaptasi

Gen Z, yang tumbuh dengan media sosial dan komunikasi digital, terkadang mengalami kesulitan saat harus berinteraksi langsung atau bekerja dalam tim. Sekitar 39 persen perusahaan yang disurvei menyebutkan bahwa keterampilan komunikasi yang buruk menjadi salah satu faktor utama pemecatan.

Penolakan Terhadap Budaya Kerja

Selain itu, Gen Z juga dikenal sebagai generasi yang menuntut keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka cenderung menolak budaya kerja yang menuntut jam kerja panjang. Sekitar 50 persen dari mereka mengatakan bahwa keseimbangan hidup-kerja adalah prioritas utama dalam memilih pekerjaan.

Laporan terbaru dari Deloitte menyebutkan bahwa Gen Z tidak lagi tertarik bekerja di lingkungan yang tidak menghargai kesejahteraan mereka. Banyak dari mereka yang memilih meninggalkan pekerjaan jika merasa tempat kerja tersebut tidak mendukung kesehatan mental dan kehidupan pribadi.

Intelligent.com merangkum beberapa alasan penolakan terhadap pekerja Gen Z, yakni :

  • Kurangnya motivasi atau inisiatif – 50 persen
  • Kurangnya profesionalisme – 46 persen
  • Keterampilan berorganisasi yang buruk – 42 persen
  • Keterampilan komunikasi yang buruk – 39 persen
  • Kesulitan menerima feedback – 38 persen
  • Kurangnya pengalaman kerja yang relevan – 38 persen
  • Keterampilan pemecahan masalah yang buruk – 34 persen
  • Keterampilan teknis yang tidak memadai – 31 persen
  • Ketidakcocokan budaya – 31 persen
  • Kesulitan bekerja dalam tim – 30 persen

Kepala penasihat pendidikan dan pengembangan karier di Intelligent, Huy Nguyen mengatakan, banyak lulusan universitas baru yang menghadapi tantangan ketika pertama kali memasuki dunia kerja. Laporan terpisah dari bulan April menemukan bahwa pekerja Gen Z terlalu bergantung pada dukungan orang tua selama proses pencarian kerja.

Menurut survei dari ResumeTemplates, sebanyak 70 persen responden Gen Z mengaku meminta bantuan orang tua mereka dalam mencari pekerjaan. Lebih dari itu, 25 persen bahkan membawa orang tua mereka ke wawancara kerja atau meminta mereka mengirimkan lamaran dan menulis resume.