Logo

Curhat Pedagang Kojek Saat BBM Naik: Pasrah, Bicara Juga Tidak Didengarkan

Nurakrom (38) salah satu pedagang kojek di Pantai Panjang. Foto, Cindy/BN

Nurakrom (38) salah satu pedagang kojek di Pantai Panjang. Foto, Cindy/BN

BENGKULU – Kenaikan BBM saat ini hampir dirasakan semua kalangan baik dari kelas atas hingga bawah. Nurakrom (38) salah satu pedagang kojek di Pantai Panjang, mengaku mengalami kesulitan usai naiknya harga BBM.

“Biasanya banyak yang beli, sekarang cuman satu atau dua orang. Sagu biasa Rp10 ribu sekilo sekarang Rp12 ribu,” kata Nurakrom pada Bengkulunews.co.id Rabu (07/09/22) siang.

Namun menurutnya ekonomi pembeli juga sedang tidak baik, karena itu penjualan menjadi berkurang. Jika biasanya Ia dapat menjual kojek sebesar 20 kilogram per harinya kini hanya bisa menjual 16 sampai 17 kilogram.

“Biasanya pendapatan itu sehari bisa Rp1,6 juta, sekarang cuma Rp1,1 atau Rp1,2 juta sehari,” tambahnya.

Pedagang yang sudah berjualan selama 10 tahun ini mengantisipasi lonjakan harga bahan baku dengan mengurangi porsi kojeknya. Karena jika harga dagangannya yang dinaikkan maka pembeli akan berkurang.

“Kalau Rp5 ribu itu yang kojek besar tujuh biji dikasih, yang kecil seribu delapan biji. Sekarang kita kurangin satu,” tutur Nurakrom.

Ada harapan kecil darinya agar BBM bisa diturunkan, namun jika tidak bisa dirinya hanya pasrah dengan kebijakan yang pemerintah lakukan.

“Orang kecil pengennya begitu, tapi bagaimana ya. Dibilang cuman bisa pasrah, karena kalau ngomong juga tidak didengarkan,” katanya.

Lain hal dengan Lubis (52) pedagang bakso di jalan Musium ini mengatakan tidak terpengaruh dengan naikknya harga BBM. Menurutnya jika memang ada pendapatan yang naik turun itu sudah biasa, pendapatannyapun masih begitu-begitu saja.

Sehari Lubis bisa menghasilakan pendapatan Rp300 ribu sampai Rp350 ribu dengan tiga sampai 4 kilogram bahan adonan bakso, untuk bahan bakar minyak motornyapun Ia tidak merasa berat.

“Rejeki kadang tidak nentu, hari ini sekian, besok sekian,” demikian Lubis.