Logo

Pengaruh Kapitalisme dalam Ruang Lingkup Komunikasi Massa: Siapa yang Mengendalikan Narasi?

Ilustrasi

Ilustrasi

Di era modern ini, komunikasi massa semakin berperan penting dalam membentuk opini publik, menyebarkan informasi, dan mempengaruhi perilaku sosial. Namun di balik peran penting ini terdapat kekuatan yang lebih besar yang mengatur cara informasi disajikan dan disebarluaskan. Kapitalisme tidak hanya mempengaruhi mekanisme ekonomi tetapi juga seluruh aspek kehidupan, termasuk pada komunikasi massa. Dalam konteks ini, sebuah pertanyaan krusial pun muncul Di dunia media yang didominasi oleh kepentingan kapitalis, siapa sebenarnya yang mengendalikan narasi?

Kapitalisme didasarkan pada prinsip dasar akumulasi modal melalui produksi dan distribusi barang dan jasa. Dalam dunia komunikasi massa, prinsip ini diterapkan melalui komersialisasi informasi.Informasi yang seharusnya menjadi hak warga negara kini menjadi sebuah komoditas. Media massa seperti televisi, surat kabar, dan platform digital tidak hanya menjadi alat untuk menyebarkan informasi, tetapi juga untuk memaksimalkan keuntunganModel bisnis media saat ini sebagian besar bergantung pada iklan dan pendapatan dari sponsor.

Hal ini menyebabkan pergeseran prioritas untuk memberikan informasi yang jujur dan terperinci demi mendapatkan lebih banyak klik, penayangan, dan pembaca. Konten yang mampu menarik lebih banyak perhatian masyarakat cenderung diprioritaskan, seringkali mengorbankan kualitas dan integritas jurnalistik. Pertanyaan penting adalah siapa yang memiliki dan mengendalikan media massa. Di banyak negara, industri media didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan besar, yang kepentingan bisnisnya berada di luar media itu sendiri. Dalam hal ini, media tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi, namun juga sebagai alat bagi perusahaan-perusahaan besar untuk mempromosikan produknya dan menjaga citra publiknya.

Konsolidasi kepemilikan media ini menciptakan situasi di mana pemberitaan yang sampai ke publik seringkali dipengaruhi oleh kepentingan pemilik media. Pesan dan konten yang dapat merugikan kepentingan bisnis sering kali diabaikan atau tidak disetujui. Oleh karena itu, kapitalisme tidak hanya mempengaruhi struktur ekonomi media, namun juga konten dan metode penyampaian informasi kepada publik. Misalnya, berita tentang perubahan iklim mungkin tidak mendapat perhatian media yang cukup dari perusahaan-perusahaan yang terkait dengan industri energi. Sebaliknya, narasi yang mendukung kebijakan ekonomi yang menguntungkan pemilik modal cenderung mendapat perhatian lebih.

Pengaruh kapitalisme terhadap komunikasi massa juga tercermin dalam perubahan model jurnalisme. Jurnalisme pernah berfokus pada prinsip-prinsip etika seperti kebenaran, keadilan, dan kebaikan bersama. Namun, mengingat meningkatnya tekanan untuk mendapatkan keuntungan, banyak media yang menggunakan jurnalisme sensasional dan clickbait. Ada penekanan pada cerita yang dapat menarik perhatian dalam waktu singkat, namun sering kali mengorbankan kedalaman dan analisis.

Hal ini menciptakan budaya informasi yang dangkal dimana topik-topik penting mungkin tidak tercakup secara memadai. Selain itu, perusahaan media yang sangat bergantung pada periklanan sering kali menyesuaikan konten mereka dengan minat pengiklan, sehingga mengaburkan batas antara iklan dan berita.Kapitalisme juga mendorong privatisasi informasi, Maraknya platform digital dan langganan berbayar membuat informasi berkualitas tersedia lebih luas bagi mereka yang mampu, sehingga menciptakan kesenjangan digital antara masyarakat kaya dan miskin. Hal ini membatasi akses masyarakat terhadap informasi yang valid dan penting, terutama di negara-negara berkembang. Media sosial telah menjadi ruang besar baru bagi komunikasi massa. Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram telah merevolusi cara kita mengonsumsi dan mendistribusikan informasi. Namun di balik kemudahan ini, platform media sosial beroperasi dengan logika yang sama dengan kapitalisme.

Media sosial tidak lagi menjadi alat untuk pembebasan informasi, namun lebih menjadi mesin untuk mengumpulkan data pribadi dan mengeksploitasinya demi keuntungan perusahaan. Algoritma yang digunakan oleh platform media sosial sering kali dirancang untuk memprioritaskan konten yang cenderung menghasilkan keterlibatan tinggi, dibandingkan konten yang paling informatif atau mendidik.

Hal ini menciptakan “ruang gema” di mana pengguna hanya disuguhi informasi yang sesuai dengan pendapat mereka, sehingga menimbulkan polarisasi sosial dan politik. Sementara itu, perusahaan yang menggunakan platform periklanan ini dapat menggunakan data yang mereka peroleh untuk menargetkan audiens tertentu dengan sangat tepat, sehingga memperkuat pengaruh kapitalisme dalam mengendalikan narasi.

Jika kita ingin meningkatkan fungsi komunikasi massa dalam masyarakat, kita harus berupaya mengurangi dominasi kapitalisme dalam media perdagangan. Langkah-langkah yang harus diambil antara lain memperkuat regulasi kepemilikan media, memperkuat media independen, dan mendukung jurnalisme publik yang tidak bergantung pada iklan komersial. Di sisi lain, masyarakat juga perlu lebih kritis terhadap informasi yang diterimanya dan lebih berhati-hati dalam memilih sumbernya.Peran pemerintah dalam mengatur media memang penting, namun harus diimbangi dengan kebebasan pers yang sehat untuk menghindari sensor yang berlebihan. Sementara itu, mendukung upaya media alternatif yang didanai publik atau komunitas dapat menjadi solusi yang menyajikan cerita yang lebih beragam dan mewakili kepentingan publik, bukan hanya pemilik modal.

Kapitalisme berdampak besar pada komunikasi massa, tidak hanya mengendalikan struktur industri media tetapi juga narasi yang menjangkau massa. Konsolidasi kepemilikan media, komersialisasi jurnalisme, dan dominasi algoritma kapitalis di media sosial semuanya berkontribusi membatasi akses masyarakat terhadap informasi yang jujur dan berimbang. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu mendorong sistem media yang lebih transparan, adil dan inklusif yang mengutamakan kepentingan publik.

Penulis : Rahcel Jean Rizky

S1 Jurnalistik Universitas Bengkulu 

  • 72hd8sj

    Apa cuma gua yg komen?

  • 27hd8wj